Saturday, November 19, 2011

Apakah Ada Yang Seperti ini ?

1.Orang yang mencintai kamu tdk pernah bisa memberikan lasan kenapa ia mencintai kamu yang ia tahu di matanya hanya ada kamu satu2Nya.

2.Kalau kamu sudah memiliki pacar atau kekasih ia tidak perduli, buat dia yang penting kamu bahagia dan kamu tetap impiannya.

3.Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, dimatanya kamu selalu yang tercantik walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan :)P

4.Orang yang mencintai kamu selalu ingin tahu tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tahu kegiatan kamu.

5.Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan sms seperti "slmt pagi", "slmt hari minggu", "selamat tidur" walaupun kamu tidak membalas pesannya.

6.Kalau kamu berulang tahun dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan menelpon utk mengucapkan selamat atau mengirim pesan.

7.Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detailnya karena, saat itu ialah sesuatu yang berharga untuknya.

8.Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata2 yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata2 yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.

9.Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/cassette kamu, karena ia ingin tahu kesukaanmu, kesukaanmu kesukaannya juga.

10.Kalau terakhir kali kalian bertemu kamu sedang sakit mungkin flu, terkilir, atau sakit gigi, beberapa hari kemudian ia akan mengirim sms dan menanyakan keadaanmu. karena ia mengkhawatirkanmu.

11.Kalau kamu bilang akan menghadapi ujian ia akan menanyakan kapan ujian itu, dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms "good luck "untuk menyemangati kamu.

12.Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa , tetapi itu ialah suatu barang yang istimewa buat dia.

13.Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat,saat sedang berbicara ditelpon dengan kamu,sehingga kamu menjadi bingung, saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah mengguncang dunianya.

14.Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada di dekatmu dan ingin menghabiskan hari2nya denganmu.

15.Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasihat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk bagimu.

16.Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.

17.Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal-hal yang konyol seperti menelponmu 100 kali dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam,karena ia mengirim sms atau menelponmu. karena ia saat itu ia sedang memikirkan kamu.

18.Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yg membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak akan melakukannya lagi.

19.Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dgn sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!

20.Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sebagian besar "INBOX"nya.Ya ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah kamu kirim sejak berbulan2x bahkan bertahun2x yang lalu.

21.Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu, walaupun hal itu membunuh hatinya.

22.Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada di sana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya... ia selalu menunggumu.

Adakah org yg memperlakukan kamu dgn cara2 seperti di atas? Kalau ada, jgn pernah sia-siakan org tsb... kmu akan menyesal melakukannya karena ia hanya akan datang sekali ke hidupmu


nn

Read More......

Teknik Memilih Atasan

by : Dadang Kadarusman


Riset menunjukkan bahwa hubungan dengan atasan sangat menentukan betah atau tidaknya seorang bawahan bekerja di perusahaan atau unit kerja tertentu. Sudah bukan rahasia umum lagi jika bawahan seolah-olah selalu berada dalam posisi yang paling lemah. Padahal, antara atasan dengan bawahan itu ada kesetaraan. Kita mengira hanya atasan yang bisa menentukan siapa orang yang layak menjadi bawahannya, padahal bawahan pun bisa memilih atasannya. Penasaran?

Harus saya akui bahwa tidak 100% orang yang memimpin saya adalah orang-orang pilihan saya. Tetapi selama karir professional saya, bisa saya pastikan bahwa sebagian besar mantan atasan saya adalah orang-orang yang saya pilih sendiri untuk memimpin saya. Tentu saja ada ilmunya. Bagi Anda yang tertarik untuk belajar memilih dan menentukan siapa atasan yang tepat untuk dirinya, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:

1. Hindari mengambil kesimpulan dari kesan pertama. Dalam wawancara, calon atasan yang tertarik kepada Anda tentu berusaha menampilkan kesan positif agar Anda mau bergabung dengan teamnya. Banyak orang terjebak dengan kesan pertama pada pertemuan dengan calon atasannya. Tidak sedikit yang menyesal telah pindah dari perusahaan lama, lalu menyesal karena ternyata di perusahaan baru dia tidak cocok dengan gaya memimpin atasan barunya. Kesan pertama itu penting, tapi tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Hindarilah mengambil kesimpulan tentang kecocokan Anda dengan calon atasan hanya dari kesan yang muncul pada pertemuan pertama dalam wawancara.

2. Ikuti rapat yang dipimpinnya. Rapat adalah tempat yang tepat untuk menilai gaya memimpin calon atasan Anda. Dalam rapat itu, Anda bisa mendapatkan gambaran bagaimana calon atasan memperlakukan bawahannya. Apakah dia bersedia mendengarkan pendapat bawahannya. Apakah dia menerima gagasan-gagasan bawahannya. Apakah dia terbuka dengan masukan bawahannya. Apakah dia menghargai bawahannya. Kata-katanya, sorot matanya, nada suaranya, cara menyampaikan gagasannya, cara mengambil keputusannya; bisa Anda kenali dalam rapat kerja dengan bawahanya. Rapat bisa menjadi potongan adegan yang mewakili film perjalanan calon atasan dalam memimpin anak buahnya. Cobalah cari peluang untuk mengikuti rapat calon atasan Anda dengan para anak buahnya.

3. Cari informasi dari para bawahannya. Berusahalah untuk mengenali beberapa anak buah calon atasan Anda. Ajaklah makan siang lalu berbicaralah tentang pengalamannya bekerja di team yang dipimpin oleh calon atasan Anda. Sudut pandang beberapa anak buahnya bisa memberi gambaran bagaimana calon atasan Anda memperlakukan anak buahnya, dan bagaimana bentuk kecocokan interaksi diantara mereka. Anda pun bisa memperkirakan bentuk hubungan seperti apa yang akan terjalin antara Anda dengan calon atasan Anda; dengan mengolah informasi yang Anda dapatkan dari para bawahannya.

4. Renungkan kembali hubungan Anda dengan atasan sekarang. Banyak orang yang sudah terlanjur ‘mengganti atasan’ lalu menyesal dengan atasan barunya yang ternyata tidak lebih baik dari atasan lama yang ditinggalkannya. Sebelum Anda mengambil keputusan untuk mencari atasan lain, renungkanlah kembali; apakah hubungan Anda dengan atasan sekarang itu sudah sedemikian buruknya? Benarkah gaya kepemimpinan atasan Anda itu sudah sedemikian menyebalkannya? Atau mungkin, Anda sendirilah yang belum benar-benar memahami dan menyesuaikan diri dengannya.

5. Bertanya kepada Tuhan. Tidak ada yang benar-benar mengetahui rahasia perangai dan perilaku asli seseorang selain Tuhannya. Tuhan Anda adalah Tuhan yang sama dengan calon atasan Anda. Maka tanyakanlah kepada-Nya apakah dia benar-benar atasan yang tepat bagi Anda. Pejamkanlah mata. Tengadahkanlah telapak tangan. Bisikanlah permohonan;”Tuhan, tolong tunjukkan kepadaku apakah dia benar-benar bisa menjadi atasan yang tepat bagiku…..” Rasakan getaran hati Anda. Fahami tanda-tanda yang terjadi setelah doa itu. Dan tentukanlah pilihan Anda.

Anda memiliki kemerdekaan untuk memilih atasan. Gunakan kemerdekaan itu sebaik-baiknya sehingga Anda bisa memiliki atasan yang benar-benar mendekati harapan-harapan ideal Anda. Gunakanlah kemerdekaan itu, untuk merenungkan kembali; boleh jadi masalahnya bukan pada atasan, melainkan pada diri Anda sendiri. Gunakanlah kemerdekaan itu untuk memperbaiki kualitas hubungan dengan atasan Anda. Baik atasan yang sekarang, maupun atasan di masa depan.


Seseorang yang mampu memilih siapa atasannya adalah orang yang benar-benar berdaya. Maka berdayakanlah diri Anda sehingga mampu memegang kendali atas hidup Anda sendiri.

Read More......

Menerima Diri Kita Apa Adanya

By : Dadang kadarusman


I love you just the way you are, itulah yang kita katakan kepada seseorang yang kita cintai dengan sepenuh hati. Ciri jika kita menerima kekasih hati apa adanya antara lain adalah; tidak mempermasalahkan kekurangan yang dimilikinya, dan mensyukuri kelebihannya. Meski mempunyai kelemahan, namun perasaan sayang kita tidak berkurang kepadanya. Saat mengkritik pun kita usahakan agar tetap halus agar perasaannya senantiasa terpelihara. Dengan begitu, kita berharap dia membalasnya dengan cinta yang setara kepada kita. Lantas, kepada diri sendiri; apakah kita bersedia mengatakan kalimat indah itu? Artinya, bersediakah kita untuk menerima diri kita sendiri apa adanya?

Mencintai diri sendiri sama pentingnya dengan mencintai pujaan hati kita. Sedangkan hal terindah dalam mencinta adalah ketika kedua belah pihak saling berbalas cinta sejatinya. Bayangkan jika kita telah berhasil mencintai diri kita sendiri, maka ‘diri kita’ pun akan membalas cinta kita dengan seutuhnya. Cinta kepada diri sendiri bukanlah roman picisan. Bukan pula kisah nascistis. Melainkan sebuah penerimaan kepada ada adanya kita. Yaitu penerimaan secara sadar bahwa fitrah kita adalah untuk menjadi mahluk yang disukai oleh Tuhan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menerima diri kita apa adanya; saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intelligence berikut ini:

1. Kita adalah sesempurna-sempurnanya penciptaan. Dengan tubuh yang kurus dan kerempeng, masa kecil saya diwarnai oleh cemoohan. ‘Siga aki-aki’ – ‘seperti kakek-kakek’ – adalah sebutan paling tepat bagi teman-teman untuk menggambarkan bentuk fisik saya. Karena selain kerempeng, saya juga dianugerahi dengan tulang punggung ‘bungkuk udang’. Melihat orang lain yang memiliki bentuk fisik yang jauh lebih baik, kadang saya merasa iri. Untungnya kita semua pernah mengakui bahwa sempurnanya kita sebagai manusia tidak diukur dari bentuk fisiknya, karena jika demikian; kita kalah sempurna dibanding binatang. Ada aqal yang menyertai penciptaan kita. Lebih dari itu, ada qalbu untuk mengimbangi fungsi aqal itu. Sekarang saya lebih memahami bahwa dengan menggunakan aqal dan qalbu itulah seorang manusia bisa mencapai kesempurnaan penciptaan yang telah diperolehnya. Sebab, memang kita ini adalah sesempurna-sempurnanya penciptaan.

2. Hasil karya kita adalah bukti kesempurnaan diri kita. ‘Karya apa yang sudah engkau hasilkan?’ Inilah pertanyaan yang sering mendatangi saya setiap kali menjelang tidur. Pertanyaan inilah juga yang sering membangunkan saya dari tidur dimalam senyap ketika sebagian besar orang nyenyak terlelap. Jika setiap manusia berhasil memenuhi misinya saat dikirim Tuhan, dunia pasti menjadi tempat yang lebih baik. Mereka yang dianugerahi kelapangan rezeki berkarya dengan rezekinya untuk memudahkan orang-orang yang membutuhkan. Mereka yang berilmu membuat karya-karya berkualitas dengan ilmunya bagi mereka yang haus pencerahan. Mereka yang kuat, mereka yang ramah, mereka yang tinggi, dan mereka yang rendah. Semuanya pasti bisa menghasilkan sebuah karya karena tak seorang pun lahir tanpa kemampuan untuk berbuat. Bahkan, saya melihat seseorang yang dilahirkan tanpa tangan dan kaki sanggup menghasilkan sebuah karya inspiratif yang menyadarkan jutaan umat manusia, bahwa; anugerah Tuhan sungguh tiada terhingga.

3. Ada sisi baik didalam diri kita. Guru kehidupan saya mengajarkan bahwa kedalam diri seseorang Tuhan telah mengilhamkan kecenderungan untuk berbuat kebaikan. Tapi mengapa ada orang yang seolah hidupnya diisi oleh hal-hal negatif saja? Mungkin karena kita tidak pernah melihat orang itu saat dia sedang melakukan kebaikan. Atau, boleh jadi karena kita tidak berhasil membantunya menemukan sisi baik didalam dirinya. Atau, boleh jadi juga karena kita yang tinggal bersamanya tidak memberi cukup ruang kepadanya untuk memperlihatkan sisi baiknya. Bagaimana jika orang itu adalah diri kita sendiri? Bersediakah kita melihat saat diri kita berbuat baik? Bersediakah kita membantu diri kita sendiri untuk menjadi baik? Dan bersediakah kita untuk memberi ruang yang cukup agar diri kita sendiri bisa leluasa; untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik? Sungguh, siapapun kita; ada sisi baik didalam diri kita.

4. Mengijinkan orang lain berbuat baik kepada kita. Apa jadinya jika didunia ini tidak ada lagi orang yang mengijinkan orang lain untuk berbuat kebaikan? Bayangkan, jika senyum itu baik; maka kita dilarang untuk tersenyum. Jika saling menasihati itu baik, kita dilarang saling menasihati. Jika menghormati pendapat orang lain itu baik, maka kita dilarang untuk menghormati pendapat orang lain. Bagaimana jadinya ya? Saya menemukan bahwa manusia, memiliki sifat dasar untuk mengijinkan orang lain berbuat baik kepada mereka. Makanya, kita senang saat seseorang tersenyum kepada kita. Kita juga senang saat seseorang mengingatkan tentang sesuatu yang tidak patut pada perilaku kita. Dan kita juga senang ketika orang lain menghormati pendapat kita. Kita senang saat orang lain berbuat baik kepada kita. Dengan rasa senang itu, kemudian kita membalas kebaikan mereka sama seperti perlakuan baik mereka kepada kita. Bukankah indah dunia jadinya?

5. Memberi ruang kepada diri sendiri untuk melakukan perbaikan. Manusia adalah tempatnya salah dan alpa. Maka wajar jika manusia melakukan kesalahan atau kesilapan. Yang tidak wajar adalah ketika menyadari sudah melakukan kesalahan masih terus berendam dalam kubangan nista itu. Padahal, Tuhan pun berjanji untuk selalu memberi ruang kepada orang-orang yang ingin kembali. Masalahnya, maukah kita mengambil putaran untuk berbalik arah menuju kepada jalan yang disukai Tuhan? Jika kita tidak mau, maka tidak seorang pun bisa memaksa kita. Nasihat dan seruan tidak mungkin akan kita indahkan. Karena jika pintu hati kita tertutup rapat, maka kita tidak akan pernah mampu memberi ruang kepada diri sendiri untuk melakukan perbaikan.

Kita apa adanya adalah diri kita, yang memiliki segala hal yang dibutuhkan untuk menjalani hidup dengan baik. Menerima diri kita apa adanya adalah merenungkan betapa Tuhan telah menganugerahi kita dengan kesempurnaan penciptaan; sehingga kita sadar bahwa tidak ada sedikitpun celah untuk mengeluh. Jika masih ada keluh itu, mungkin karena kita terlalu berfokus kepada wujud fisik dan jasad kasar. Padahal, ketika menyebut diri sebagai mahluk sempurna; manusia tidak merujuk kepada kekuatan fisiknya, melainkan ‘isi’ didalam dirinya. Sebagai manusia, kita bisa salah – bisa benar. Dan sebagai manusia, kita memiliki sisi baik, dan sisi buruk. Sebagai manusia, kita juga mempunyai sisi lemah dan sisi kuat. Tak seorang pun bisa mencapai kesempurnaan sendirian. Karena kesempurnaan manusia terletak kepada kemauan untuk saling menyokong. Dan saling mengingatkan satu sama lain, bahwa; ada sesuatu yang bisa kita perbaiki dari hari ke hari.

Menemukan sisi baik dalam diri sendiri adalah wujud rasa syukur kepada penciptanya. Sedangkan menggunakan kebaikan didalam diri itu untuk kebaikan sesama adalah pesta perayaannya.

Read More......

Menikmati Saat-Saat Kita ’Merasa’ Dijadikan Sebagai Bumper

by : Dadang Kadarusman



“$#!^!, gua melulu yang dijadikan bumper!” Ini adalah umpatan yang cukup sering kita dengar. Rupanya banyak juga ya orang yang ‘merasa’ dirinya dijadikan sebagai bumper bagi kepentingan pihak lain. Selama ini, saya tidak benar-benar memahami makna umpatan itu. Tetapi tadi malam, saya mendapatkan ‘penjelasan’ yang terang benderang. Saya dalam perjalanan pulang dari sebuah sesi training di Bandung ketika di kilometer 66 tol Cikampek mobil di depan saya mengerem mendadak. Dia melakukan itu karena truck raksasa didepannya mengerem mendadak. Dan saya yakin, truck itu mengerem mendadak karena kendaraan didepannya juga mengerem mendadak. Semua mobil yang kompak mengerem mendadak didepan saya itu selamat dari hantaman mobil dibelakangnya. Sayang, mobil saya ditabrak oleh mobil lain di belakang saya. Benturan keras itu menimbulkan kerusakan berat di bumper belakang mobil saya.

Sekarang, saya mulai bisa memahami apa yang dirasakan oleh mereka yang ‘merasa’ dirinya dijadikan sebagai bumper. Mereka ‘merasa’ dirinya harus menanggung resiko dan kesulitan untuk melindungi orang atau pihak lain. Boleh jadi sebenarnya saya juga pernah diposisikan seperti itu. Mungkin, Anda juga demikian. Kita semua sama-sama pernah berada pada posisi sebagai bumper itu. Bedanya, ada orang yang ‘merasa’ dan ada yang ‘tidak merasa’. Oleh sebab itu, kita perlu belajar untuk menikmatinya. Jika tidak, maka kita akan ‘merasa’ sangat tersiksa. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menikmati saat-saat menjadi bumper; saya ajak untuk memulainya dengan merenungkan 5 pemahaman Natural Intelligence berikut ini:

1. Ikhlas menerima peran yang memang seharusnya kita mainkan. Saya memandang bumper mobil itu dengan perasaan sayang. Apa yang akan dia katakan seandainya bisa bicara? Apakah dia akan mengeluhkan perannya? “Mengapa aku yang harus menanggung sakit ini, sedangkan jok kulit itu enak-enakan bertengger di ruang ber-AC!” Setelah mengerahkan seluruh daya imajinasi yang saya miliki, saya menyimpulkan bahwa sang bumper tidak mengeluh seperti itu. Bersama baut, roda, tuas transmisi, pedal gas, lampu, serta semua komponen pembentuk mobil itu dia telah memahami perannya masing-masing. Mereka faham apa yang menjadi bagian tanggungjawabnya, serta resiko yang harus dipikulnya. Maka ketika resiko itu terjadi, mereka tidak mengeluhkannya sama sekali. Pedal gas tidak pernah mengeluh sekalipun diinjak-injak. Roda tidak kesal karena harus terus berlari sepanjang perjalanan yang tanpa henti. Mesin tidak mengomel sekalipun selalu berada pada tempat yang paling panas. Dan bumper itu? Menerima dengan ikhlas ketika perannya sedang sangat dibutuhkan. Malam itu, saya mendapatkan pelajaran bahwa setiap orang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Selama kita ikhlas menerima peran itu, maka kita akan dapat menikmatinya.

2. Setiap peran dan tindakan pasti ada perhitungannya. Pagi-pagi sekali, saya mendatangi bumper itu. Lalu mengelusnya dengan lembut, dan saya katakan;”Terimakasih, kamu telah menyelamatkan jiwa kami….” Itulah ‘reward’ terbaik yang bisa saya berikan. Tidak lebih. Karena bahkan bengkel pun tidak akan bisa mengembalikan bentuknya. Selesai sudah perjalanan hidupnya. Manusia, jauh lebih beruntung daripada benda-benda. Karena setelah ‘selesai’ menunaikan tugasnya, setiap insan akan memasuki ‘dunia baru’ dimana disana setiap peran dan tindakan yang kita mainkan diperhitungkan. Orang-orang yang telah secara ikhlas memainkan peran dan tanggunjawabnya pasti akan mendapatkan pahala yang memuaskan. Sedangkan mereka yang menggerutu atau melarikan diri dari tanggungjawabnya pasti akan ditanya;”mengapa kamu begitu?”. Dunia hanyalah sekedar persinggahan bagi kita. Disini, kita hanya sekedar berhenti sebentar untuk mengumpulkan cukup bekal. Agar di kehidupan berikutnya, kita bisa tinggal dengan nyaman dan menyenangkan.

3. Periksa apakah Anda sudah berada posisi yang seharusnya. Ikhlas, tidak sama artinya dengan selalu menerima apapun yang ditimpakan kepada kita. Ikhlas berarti bertanggungjawab penuh terhadap fungsi dan peran yang sepatutnya kita mainkan. Dan ikhlas, juga berarti menempatkan segala sesuatu pada posisi dan proporsinya masing-masing. Saya membayangkan jika bumper itu ditukar posisinya dengan stir pengendali kemudi. Atau sebaliknya. Tentu mobil itu tidak lagi bisa berfungsi. Begitu juga halnya kita. Jika fungsi dan peran kita adalah sebagai bumper, maka tidak fair jika kita iri pada fungsi orang lain yang kita pandang ‘lebih enak’. Tetapi, jika peran kita sebagai baut, namun difungsikan sebagai bumper; maka kita berhak untuk menolak. Bukan menolak karena kita tidak menyukainya, melainkan karena fungsi kita tidak akan pernah optimal jika diposisikan tidak pada tempatnya. Maka jika Anda masih ‘merasa’ sering dijadikan sebagai bumper, ada baiknya juga untuk melihat dimana sebenarnya posisi Anda. Jika memang itulah posisi Anda, maka ikhlasnya Anda berarti menerima kenyataan bahwa memang Anda adalah bumper. Jika posisi Anda bukan bumper, maka ikhlas bagi Anda adalah untuk mengingatkan ‘sang pemilik mobil’ bahwa Anda bisa berkontribusi optimal pada tempat dimana Anda seharusnya berada.

4. Memasang penyerap guncangan bagi jiwa kita. Makna harafiah dari kata ‘bumper’ adalah ‘shock absorber’. Merenungkan makna ini saya menjadi ingat tentang betapa banyaknya hal yang bisa membuat jiwa kita shock. Kabar yang tidak kita inginkan, perlakukan yang mengecewakan, kehilangan sesuatu yang kita sayangi; adalah beberapa contoh peristiwa yang bisa mengguncangkan jiwa kita. Ada orang yang sedemikian terguncangnya hingga kehilangan akal sehat. Ada yang terus tenggelam dalam guncangan itu hingga tidak lagi memiliki semangat. Namun, ada pula orang-orang yang setelah diterpa berbagai persoalan; tetap tangguh dan tegar. Apa yang membedakannya? Mereka yang tegar itu memiliki penyerap guncangan bagi jiwanya. Mereka memasang jenis penyerap guncangan yang paling bisa diandalkan. Tahukah Anda apakah gerangan itu? Brand terbaik untuk bumper depan adalah ‘sabar’. Sedangkan bumper belakang yang paling handal adalah ‘tawakal’. Hanya dengan dua jenis ‘shock absorber itulah kita bisa menjaga agar jiwa kita tetap terlindung dari pengaruh buruk yang menyesakkan.

5. Kita dilindungi oleh bumper yang tangguh dan tidak pernah lengah. Fungsi utama sebuah bumper adalah untuk melindungi mobil dari kerusakan dan resiko yang membahayakan. Maka sebuah bumper harus sanggup melindunginya sepanjang waktu tanpa sedetikpun lengah. Sayangnya, bumper mobil itu memiliki kelemahan, yaitu; kekuatannya yang terbatas. Selain dia sendiri bisa hancur, mungkin ada bagian body mobil lainnya yang tidak terlindung. Kita semua sungguh sangat beruntung karena memiliki pelindung yang selain sangat kuat, juga tidak pernah sedetikpun berhenti menjaga kita. Masih ingatkah Anda siapa pelindung kita itu? Dia adalah Dzat yang tidak pernah tidur. Dia adalah sang pemilik segala kekuatan. Dan Dia, adalah sang pemilik hidup dan mati setiap mahluk. Mobil kesayangan Anda, mungkin menggunakan bumper tambahan yang selain berfungsi sebagai penguat, juga menjadi asesoris penghias yang indah. Kepada diri sendiri, bersediakah kita untuk menjadikan Dia yang maha pelindung sebagai penjaga dan penghias hidup kita?

Setiap detik dalam hidup kita adalah kombinasi agung dari resiko dan kesempatan. Setiap detik dalam hidup kita adalah kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan. Tetapi, pada detik yang sama juga tersimpan kemungkinan kesedihan, bahkan kematian. Bisakah kita memohon keselamatan dan kebahagiaan selain kepada Tuhan? Dengan kata lain; Adakah pelindung yang lebih baik selain Allah? Tidak. Dialah Tuhan yang hanya satu. Dan satu-satunya yang bisa menjawab doa-doa kita. Dan Dialah satu-satunya yang layak kita sembah. Dialah sebaik-baiknya pelindung; dalam setiap detak detik-detik, yang kita lalui. Yuk, kita berserah diri hanya kepadaNya saja…..


Beruntunglah mereka yang bersedia menjadikan Tuhan sebagai pelindung utamanya. Karena Dialah Yang Maha Perkasa. Dan Dialah Yang Maha Terjaga.

Read More......

Pertanyaan Paling Sulit Tentang Pernikahan

by : Dadang Kadarusman


Salah satu pertanyaan paling sulit yang saya dapatkan adalah ini;”Bagaimana mempertahankan pernikahan kami?” Sampai sekarang pun saya belum tahu harus menjawab apa, soalnya pernikahan kami sendiri baru berumur 14 tahun lebih sedikit. Masih terlalu dini untuk bisa menjawab pertanyaan itu berdasarkan pengalaman kami sendiri. Sebenarnya saya bisa saja menjawabnya secara ‘teoritis’. Toh sang penanya tidak tahu bagaimana saya menjalani kehidupan pernikahan kami. Tetapi, lha kok rasanya kurang afdol ya? Bagaimana jadinya jika teori yang saya gunakan itu, ternyata benar-benar ‘hanya sebatas teori’ saja. Bagaimana seandainya ternyata suatu saat nanti saya tidak berhasil melewati masa-masa sulit dalam kehidupan rumah tangga kami. Bagaimana seandainya kami…..

Akhirnya saya memilih untuk ‘tidak menjawab’ pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Sebab setelah cukup lama bersemedi pun ternyata saya tidak memiliki kemantapan hati untuk berani menjawabnya. Kalau pun saya harus menjawabnya, saya harus melakukannya berdua dengan istri saya. Dan jika kami jadi menjawabnya, maka kami terikat oleh sebuah kewajiban untuk melakukan apa yang kami katakan kepada orang lain. Padahal, jika kami menghadapi badai yang sama; belum tentu kami pun berhasil melewatinya. Walhasil, daripada menjawab pertanyaan itu; saya lebih memilih untuk berceloteh saja tentang apa yang sedang saya dan istri saya pelajari saat ini dalam pernikahan kami. Bagi Anda yang tertarik menemani kami belajar menjaga bahtera pernikahan ini; saya ajak untuk memulainya dengan merenungkan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1. Mengingat saat pertama kali jatuh cinta. Saat jatuh cinta pertama kali kepadanya adalah salah satu saat terindah dalam hidup saya. Seperti serum saja, didalam darah saya terkandung nuansa romansa itu. Dan serum inilah yang sering menolong saya menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan pernikahan kami. Setiap kali saya memerlukan penyegaran atas cinta dan kehidupan rumah tangga kami, saya berusaha untuk mengingat saat-saat pertama kali kami jatuh cinta. Mengingat hal itu, rasanya setiap kekesalan dan kekecewaan mencair begitu saja. Dalam sekejap saya sudah bisa merasakan gelora itu lagi. Persis seperti pertama kali saya melihatnya. Persis seperti ketika saya bertekad; tidak ada perempuan lain yang lebih saya inginkan selain dirinya.

2. Mengikrarkan cinta saat dia tidak mendengarnya. Rajin-rajinlah mengucapkan kata ‘cinta’ ditelinganya. Begitulah nasihatnya. Saya tidak terlalu percaya itu. Faktanya, sering sekali kata cinta itu hambar rasanya. Terutama ketika kita mengucapkannya tidak sambil membawa ketulusan hati. Saya memilih untuk lebih banyak mengikrarkan cinta justru pada saat istri saya tidak mendengarnya. Ketika dia sedang bergaya didepan cermin, saya berbisik didalam hati;”Damn, I love her sooo much!”. Saat dia sedang senyum-senyum didepan blackberry, saya bergumam sendiri;”Saya sangat mencintainya…” Waktu dia cemberut, hati saya berkata;”dia semakin menggairahkan saat bibirnya manyun begitu…”

3. Berterimakasih atas penerimaannya. Jujur saja, saya belum tentu merupakan lelaki terbaik untuk belahan jiwa saya. Dia bisa saja mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik daripada saya. Tetapi, dia menerima saya. Mengijinkan saya untuk mengobral rayuan gombal dibungkus kata cinta yang klise itu. Membiarkan saya melamarnya dengan gaya koboy. Mengangguk ketika saya mengajaknya untuk menikah. Menandatangai surat nikah itu. Mengikuti kemana saja saya membawanya pergi meski lebih banyak susahnya daripada senangnya. Sungguh, dia bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari ini. Maka tak pernah lekang rasa terimakasih saya kepadanya atas semua penerimaan yang telah diberikannya kepada saya. Saya lebih sering terjaga dimalam hari daripada dirinya. Sehingga saya memiliki kesempatan untuk menatap wajahnya ketika sedang terlelap. Memandangnya, sungguh membuat hati saya tersentuh. Sambil mengecup keningnya, saya berterimakasih kepadanya. Atas penerimaan yang telah diberikannya kepada saya.

4. Ganti ‘tak kenal maka tak sayang’ dengan ‘semakin kenal semakin sayang’. Tak kenal maka tak sayang. Itu benar. Tetapi, banyak juga pasangan yang justru bercerai setelah satu sama lain saling mengenal. “Sekarang saya tahu siapa dia sesungguhnya,” adalah kalimat yang sering kita dengar di infotainmen saat sedang mengeksploitasi pasangan yang sedang bermasalah. Makanya, dalam konteks pernikahan pepatah itu tidak cocok. Ganti pepatah itu menjadi ‘semakin kenal semakin sayang’. Sebelum menikah, kita tidak tahu kalau dia tidurnya mengorok. Kita juga tidak tahu jika dia suka melempar handuk sembarangan. Atau menyimpan pakaian kotor dilantai. Kita, tidak tahu tentang semua hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setelah menikah, kita mengetahui lebih banyak hal. Seandainya saja ‘semakin kenal kita semakin sayang’, maka mungkin cinta kita semakin hari semakin bertambah murni.

5. Percaya kepada diri sendiri. Awalnya, saya menuruti nasihat untuk ‘memberi kepercayaan kepada pasangan’. Sebab katanya, jika kita memberi kepercayaan itu, maka dia pasti menjaganya dengan baik. Tetapi kemudian saya merasa hal itu malah menempatkan dirinya pada sebuah tuntutan untuk ‘bisa saya percaya’. Padahal saya percaya bahwa ‘cinta’ bukan soal tuntutan kepada orang yang kita cintai; melainkan memberikan komitmen kita kepada dirinya. Makanya, titik berat saya sekarang bukanlah menuntut dirinya untuk menjaga kepercayaan yang saya berikan, melainkan menjaga kepercayaan saya kepada diri saya sendiri. Yaitu; saya ‘percaya kepada diri saya sendiri’ bahwa saya dapat menjaga kesucian cinta kami. Jika saya sampai merusak kepercayaan itu, maka saya sendiri mengetahuinya. Dan saya tidak sedang mengkhianati siapapun selain diri saya sendiri. Tidak fair jika saya menuntut soul mate saya untuk mempercayai saya, jika dihadapan diri sendiri saja ternyata saya tidak bisa dipercaya. Maka sebelum memintanya untuk percaya kepada saya, sekarang saya belajar untuk terlebih dahulu memberi diri saya sendiri kepercayaan itu.

Sungguh, saya tidak tahu akan menjadi seperti apakah perjalanan pernikahan kami. Namun dengan ke-5 hal itu saya menjadi lebih tentram. Bahkan saya masih tenang ketika di HP-nya ada SMS gombal dari para lelaki culas. Apalagi setelah kita memasuki era blackberry. Didunia ini banyak sekali lelaki yang gemar menggoda istri orang dengan menyalahgunakan anugerah teknologi yang Tuhan titipkan ditangannya. Saya tahu itu karena istri saya sesekali menunjukkan pesan-pesan di blackberry-nya yang tidak senonoh. Kadang kami menjadikannya sebagai bahan candaan. Malah ada diantara para lelaki itu yang saya tahu persis siapa orangnya. Bahkan di fitness center, saya mengenal seorang lelaki yang dia tidak tahu jika saya tahu kata-kata apa yang dikirimkannya kepada blackberry istri saya. Alih-alih emosi, saya malah kasihan kepadanya. Kasihan, sudah setua itu masih saja mengumbar nafsu hewani. Jadi;”Bagaimana mempertahankan pernikahan kami?” Saya tidak tahu. Tetapi, semoga celoteh ini bisa mengkompensasi ketidakmampuan saya dalam menjawabnya.


Tidak ada yang mengetahui akan menjadi seperti apa perjalanan perkawinannya. Namun, jika sesuatu yang buruk terjadi, kita perlu memastikan bahwa bukan kita penyebabnya

Read More......